Pentingnya Bahasa

 

Nama : Widyan Hirzi Wibowo

NIM : 190523648067

Kelas : E8/Pendidikan Bahasa Indonesia

Jurusan : S1 Teknik Sipil

Pentingnya Bahasa

            Bahasa dalam pengertian yang umum, merupakan media untuk berkomunikasi. Namun lebih jauh lagi, bahasa merupakan sesuatu yang menciptakan manusia. Tanpa bahasa manusia tidak akan ada. Filsuf besar abad ke 20 Martin Heidegger  mengatakan “bahwa sesungguhnya bahasa adalah rumah ada” (language is the house of being). Maksud pernyataan hiedegger adalah bahwa bahasa lebih dari sekedar alat untuk membuat manusia menjadi eksis. Kita hidup dalam bahasa, kita menjalankan kehidupan melalui bahasa bahkan ketika kita berpikirpun menggunakan bahasa. Pernyataan dari Heidegger mirip dengan pernyataan filsuf bahasa Ludwig Wittgenstein “Batas dalam bahasaku adalah batas dalam duniaku”. Pernyataan tersebut menujukan bahwa kemampuan bahasa seseorang menentukan sejauh mana dia menembus batas-batas dunianya. Dari dua pernyataan tersebut juga dapat diartikan bahwa yang diluar bahasa tidak mungkin kita ketahui, bahkan tidak dapat kita ucapkan.

            Bahasa juga memiliki pengaruh yang luas dalam psikologi terutama dalam psikoanalisis Jacques Lacan. Jacques Lacan mengungkapkan bahwa “ketaksadaran terstruktur seperti bahasa.” Mengapa bisa? Karena yang pertama adalah karena ketidaksadaran merupakan wilayah hasrat manusia, dan kedua karena hasrat selalu merupakan hasrat orang lain yang diinternalisasikan ke dalam diri lewat nasihat, tulisan, sindiran, tuturan, atau lebih singkatnya, melalui bahasa. Jadi bahasa bukan hanya sebagai alat atau media komunikasi, namun juga merupakan ketaksadaran kolektif dalam masyarakat yang menentukan perilaku kita.

            Setelah mengetahui pentingnya bahasa  saya akan membahas mengenai Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Resmi dan Bahasa nasional, Bahasa Inggris sebagai Bahasa internasional, dan Bahasa daerah/lokal sebagai identitas.  Tiga pernyataan tersebut perlu kita bahas lebih jauh agar kita memahami penempatan ketiga pernyataan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Namun lebih dari itu saya juga akan menjelaskan sedikit kritik terhadap bahasa-bahasa tersebut.

 Yang pertama “Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Resmi dan Bahasa nasional”. Dalam konteks pernyataan tersebut, Bahasa indonesia merupakan alat komunikasi lintas suku budaya dalam upaya saling memahami sebagai suatu bangsa. Namun dalam upaya memahami sebagai suatu bangsa, seringkali kita kebablasan sehingga meggunakan bahasa indonesia sebagai tolak ukur nasionalisme. Misal ada sebagian kelompok pedalaman yang tidak bisa bahasa indonesia, kita seringkali merasa bahwa kelompok tersebut bukan bagian dari bangsa indonesia. Perasaan inilah yang membuat dominasi bahasa indonesia terhadap bahasa lokal, yang akhirnya membuat punahnya bahasa lokal. Kasus lainnya ketika ada warga negara indonesia keturunan ras tionghoa atau ras arab berbicara dengan sesama ras menggunakan bahasa tionghoa atau bahasa arab di tempat umum, kita merasa mereka tidak nasionalis. Padahal hal tersebut sama halnya orang dengan ras jawa berbicara dengan sesama ras jawa, tidak ada yang perlu dipermasalahkan.

Sedikit yang saya permasalahkan dalam Bahasa Indonesia, yaitu sebagai bahasa pemersatu. Sebagai Bahasa Pemersatu, Bahasa indonesia menjadi sangat menghegemoni kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahasa Indonesia sebagai simbol nasionalisme sangat dipuja-puja. Hipernasionalisme inilah yang mereduksi nilai nilai keragaman di indonesia termasuk salah satu yang tereduksi bahasa lokal. Padahal bahasa indonesia merupakan bentuk campur aduk dari berbagai bahasa lokal. Jika kita mengkritisi bahasa indonesia, tentu kita akan bertemu dengan kelemahan Bahasa Indonesia. Salah satu kelemahan Bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa yang baru dengan sejarah singkat, bahasa indonesia kurang memiliki kemampuan membentuk kata yang otentik dalam mengekspreksikan tindakan, kegiatan,dan emosional manusia , akibatnya seringkali Bahasa indonesia meminjam kosakata dari bahasa asing maupun bahasa lokal.

“Bahasa Inggris sebagai Bahasa internasional”. Pernyataan tersebut menunjukan bahwa bahasa inggris merupakan bahasa yang menjadi jembatan komunikasi antar manusia dalam skala internasional. Namun dibalik pernyataan tersebut, merupakan akibat dari keberhasilan bangsa inggris dalam mendominasi bangsa bangsa lain. Keberhasilan bangsa inggris dalam pedagangan dan imperialisme di belahan dunia menjadi dasar tersebarnya bahasa inggris sebagai bahasa internasional. Katika melihat bahasa inggris sebagai budaya, tentu kita harus masuk dalam pola pikir budaya inggris. Ini artinya ketika bahasa inggris menjadi bahasa internasional tentu dibarengi dengan penyebaran pola pikir budaya inggris. Dapat kita lihat budaya yang mencolok dan menjadi semagat penting yang membuat bahasa inggris menjadi tersebar. Semangat ini telah diadopsi menjadi pola pikir penting dalam pengembangan dan penyebaran bahasa indonesia. Yaitu semangat mendominasi, dengan upaya menuju persatuan.

 Yang terakhir adalah “Bahasa daerah/lokal sebagai identitas”. Pernyataan ini sangat penting, agar kita bisa memahami bahasa. Bahasa lokal memiliki kemampuan untuk menamai atau membuat kata tanpa mengunakan refrensi bahasa lain. Setiap bahasa lokal memiliki keunikan tersendiri, karena setiap masyarakat lokal mengembangkan sendiri bahasanya. Hal hal yang unik disini dapat berupa logat, makna kata, bahkan bisa sampai pada struktur bahasa yang sangat berbeda dengan bahasa yang lain. Jika kita analisis lebih lanjut perbedaan bahasa tersebut disebabkan oleh perbedaan sejarah pada masyarakat lokal, budaya, dan kondisi lingkungan tempat tinggal.  Oleh karena itu, Bahasa lokal merupakan bentukan dari sejarah, budaya, dan cara pemahaman masyarakat lokal terhadap lingkungannya.

Maksud dari  bahasa lokal merupakan bentukan dari sejarah adalah pengembangan bahasa lokal memiliki korelasi kuat dengan pemaknaan peristiwa yang terjadi pada masyarakat lokal. Karena bahasa adalah soal pemaknaan, dan makna tersebut dibentuk lewat bahasa. Namun pemaknaan peristiwa tersebut bukan hanya soal arti peristiwa tersebut namun lebih jauh lagi, itu merupakan soal emosional kolektif masyarakat lokal yang diwariskan lewat bahasa.

 Bahasa lokal sebagai bentuk dari Budaya memiliki arti bahwa budaya memiliki pengaruh terhadap deferensiasi dan kompleksitas bahasa. Misalnya dalam masyarakat lokal yang memiliki budaya sebagai petani memiliki deferensiasi dan kompleksitas dalam penyebutan bagian-bagian pada tanaman padi, dibanding masyarakat lokal yang memiliki budaya berkebun. Implikasi dari diferensiasi ini adalah dalam bahasa, penyebutan objek yang sama bisa ada dan bisa tidak ada tergantung kedekatan objek tersebut terhadap masyarakat lokal. Namun karena masyarakat lokal tidak sepenuhnya terisolasi, terjadi interaksi antar masyarakat lokal yang memiliki bahasa berbeda sehingga menimbulkan variasi bahasa baru.

Lalu yang terkhir bahasa lokal sebagai bentukan dari cara pemahaman masyarakat lokal terhadap lingkungannya. Lingkungan sangat menentukan bagi perkembangan bahasa dan sistem bahasa. Bahasa selain sebagai media komunikasi namun juga sebagai cara memahami alam. Sebagai contoh, suku Eskimo memiliki lebih dari 50 kata untuk salju - matsaaruti , atau salju basah yang dapat digunakan untuk berseluncur, berbeda dari pukak , yakni butiran salju yang mirip seperti garam. Dengan begitu banyak kata untuk menunjuk salju, suku Eskimo memahami salju dengan lebih kompleks. Bangsa Indonesia yang hanya memiliki satu kata. Dibekali dengan pemahaman yang lebih canggih mengenai salju, suku Eskimo dapat mengorganisasikan kehidupan mereka dengan lebih baik — sebagai contoh, mereka hanya akan berseluncur pada matsaaruti , dan menjauhi salju yang lebih tebal dan padat.

Sebagai sebagai pribadi dalam forum karya ilmiah, bahasa apa yang cocok kita gunakan ?. Sebelum itu, mari kita membongkar terlebih dahulu soal kedudukan forum karya ilmiah.  Pada dasarnya kedudukan forum karya imiah tidak lebih dari sekedar budaya yang mendominasi budaya lainnya. Mengapa demikian ? dominasi karya imiah terjadi akibat globalisasi yang masif, mengubah tatanan masyarakat menjadi masyarakat yang modern. karya imiah memiliki aturan-aturan tertentu dalam penulisannya, yang mirip dengan budaya. Karena karya imiah merupakan budaya dan untuk memahami suatu budaya kita perlu masuk kedalam bahasa budaya tersebut, maka penyusuain bahasa diperlukan dalam budaya. Bahasa dalam forum karya ilmiah di indonesia tentu saja bahasa indonesia menjadi bahasa yang paling relevan digunakan. Sedangkan dalam forum karya ilmiah internasional kita juga harus menyesuaikan dengan bahasa internasional yaitu bahasa inggris.

 Dalam lingkungan sosial, bahasa yang kita gunakan perlu kita sesuaikan dengan kondisi sosial. Kita harus fleksibel dalam mengunakan bahasa dalam lingkungan sosial. Ketika berbicara dengan sesama warga negara indonesia dengan asal daerah yang berbeda tentu saja kita mengunakan bahasa indonesia, agar pembicaraan kita dapat dimengerti. Namun ketika berbicara sesama warga lokal, menggunakan bahasa lokal penting dalam upaya melestarikan bahasa lokal.  Dalam kondisi tertentu harus kita juga harus bedakan antara bahasa yang digunakan kepada teman dengan bahasa yang digunakan kepada orang tua atau guru. Kondisi dan tempat juga perlu kita perhitungkan dalam mengunakan bahasa. Aturan tak tertulis dan adat istiadat pada wilayah tertentu juga perlu kita pertimbangkan dalam mengunakan bahasa.

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang penting dalam mengembangkan bahasa. Bahasa dalam pengertian disini bukan dalam pengertian bahasa sebagai alat komunikasi, namun bahasa dalam memaknai. Bahasa lokal menjadi bahasa yang penting dalam upaya pemaknaan, terutama dalam memaknai lingkungan dan budaya sekitar. Karena memaknai lingkungan dan budaya sekitar menjadi hal dasar atau acuan dalam menilai dan memaknai budaya asing.

Bahasa yang menjadi prioritas dikuasai dalam mendidik anak tentu saja bahasa lokal. Bahasa lokal lebih memiliki kosakata yang beragam. Selain itu bahasa lokal juga memiliki korelasi yang kuat dengan lingkungan sekitar, sehingga diharapkan dalam perkembangan sosial, anak dapat memahami lingkungan sosialnya dengan lebih cepat. Bahasa lokal juga lebih fasih dalam memaknai dan lebih memiliki banyak kata dalam mengungkapkan emosi.

Bahasa menjadi penting dalam upaya memaknai dan apa yang menjadi esensi bahasa adalah kemampuanya dalam menyingkap realitas. Bahasa yang baik adalah bahasa yang dapat memaknai secara jelas. Bahasa juga harus memiliki kemampuan untuk memnungkapkan emosional penggunanya.

 

 

 

Komentar

  1. Isi artikel tersebut sangat lengkap. Kata-kata yang digunakan dalam artikel tersebut sangat bagus menurut saya, sayangnya terdapat beberapa kata yang saya kurang mengerti. Selain itu ada juga kata yang salah penulisannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih sudah membaca dan berkomentar, agar artikel tersebut menjadi semakin baik apakah saudari berkenan untuk menunjukan bagian penulisan yang salah pada artikel tersebut ?

      Hapus
    2. Saya berkenan, apakah anda mau saya tunjukkan?

      Hapus
    3. Oiya, untuk mbak velya, bisa tolong beritahu kata yang tidak dimengerti pada kata yang mana. Nanti akan saya jelaskan arti kata tersebut dalam komentar agar pembaca yang lain juga tahu arti kata yang sulit dipahami.

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Walau ada beberapa typo, namun kalimat anda maknanya sangat dalam sekali sedalam palung Mariana, anda titisan Sujiwo Tejo?

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Menurut saya meskipun ada beberapa kesalahan ketik (typo) namun tidak mengurangi makna dari topik yang dibahas dalam tulisan ini. Mungkin alangkah lebih terlihat rapi jika dibuat rata kanan kiri. Terimakasih

    BalasHapus
  6. Mungkin ini hanya kelalaian anda, tetapi tetap perlu diperbaiki. Pada kalimat 5 paragraf 1 terjadi kesalahan penulisan, di mana nama "Hiedegger" tidak berawalan huruf kapital sedangkan "Hiedegger" merupakan nama orang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Karakter Sebagai Kebutuhan Anak Bangsa

BERBAHASA SESUAI SITUASI KONDISI

Bahasa Sebagai Alat Interaksi