Pentingnya Bahasa Sebagai Alat Berinteraksi Dalam Kehidupan
Nama : Muhammad Rizki Hidayah
NIM : 190332622484
Offering : E8 Pend. Bahasa Indonesia
PENTINGNYA BAHASA
SEBAGAI ALAT BERINTERAKSI DALAM KEHIDUPAN
Bahasa
merupakan pesan yang disampaikan dalam bentuk ekspresi seseorang sebagai alat
untuk berkomunikasi pada situasi tertentu dalam berbagai aktivitas, yang mana
dalam hal ini ekspresi berkaitan antara unsur segmental dan suprasegmental baik
lisan maupun kinesik sehingga sebuah kalimat dapat berfungsi sebagai alat
komunikasi dengan pesan yang berbeda jika disampaikan dengan ekspresi yang
berbeda juga. Kemampuan berbahasa tersebut diimplementasikan dengan kemampuan
seseorang dalam beretorika, baik beretorika dalam menulis maupun berbicara.
Retorika sendiri adalah kemampuan berbahasa seseorang secara efektif sehingga
dapat mempengaruhi pembaca dan pendengar dengan pesan yang disampaikan melalui
tulisan tangan maupun lisan.
Ketika
seseorang mulai belajar menguasai bahasa pertama mereka, yang dipengaruhi oleh
lingkungan masyarakat penutur tersebut, penutur akan berusaha untuk menguasai
bahasa ini agar dapat berinteraksi untuk keperluan hidup dengan masyarakat
sekitar. Dan tidak mungkin penutur dapat hidup tanpa menguasai bahasa
masyarakatnya. Mereka juga dapat memperoleh situasi yang kondusif karena semua
orang dilingkungannya menggunaan bahasanya secara aktif dan terus menerus.
Ketika seseorang tidak mampu menguasai bahasa masyarakat di sekitarnya, maka
mereka tidak akan memiliki identitas diri sebagai bagian dari anggota
masyarakat tersebut. Proses ini terjadi secara ilmiah dan tidak ada satu orang
pun yang tidak dapat menguasai bahasanya sendiri. Ketika di sekolah kita
diajarkan bahasa lain seperti contohnya bahasa daerah dan bahasa inggris, namun
banyak dari kita yang melakukan kesalahan saat berbahasa, bahkan ketika diuji
dan dinilai ada yang tidak lulus sama sekali. Hal ini bukan hanya terjadi pada
seseorang yang mempelajari bahasa aslinya, namun juga saat mempelajari bahasa
lainnya. Untuk itu, kita harus memahami proses belajar dan penguasaan bahasa
lainnya.
Kita
dapat mengetahui hubungan antara bahasa dan cara berpikir dengan mudah. Kita
dapat melihat jelas seseorang yang pikirannya saat kacau yang juga berpengaruh
pada acara berbicaranya juga. Terkadang juga jika seseorang memikirkan suatu
hal yang berat, yang ingin mengajak
menjadi enggan untuk berbicara. Bahasa dapat dikatakan juga sebagai cerminan
pikiran, dapat dilihat dari apa yang dibicarakan dengan apa yang dipikirkan.
Bahasa terbentuk di dalam pikiran, atau dapat dikatakan bentuk bahasa meniru
dan mengikuti bentuk pikiran atau ide seseorang. Seseorang dapat menilai bobot
intelektualitas kita dari apa yang kita ucapkan dan tuliskan. Citra kecerdasan
kita terlihat dari bahasa yang kita gunakan.
Kepribadian
seseorang ditentukan dari etika dalam berbahasa yang diyakininya. Etika
berbahasa ini sangat erat hubungannya dengan pemilihan kode bahasa, norma-norma
sosial, dan sistem budaya yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Oleh karena
itu etika berbahasa memiliki beberapa aturan, yakni a.) apa yang harus kita
katakana dalam waktu dan keadaan tertentu kepada seseorang yang berkenaan
dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat tersebut; b.) ragam bahasa apa
yang paling sering dan normal untuk digunakan dalam situasi sosiolinguistik dan
budaya tertentu; c.) kapan dan bagaimana kita menggunakan kesempatan atau
giliran kita untuk berbicara dan etika menyela pembicaraan orang lain; d.)
kapan kita harus diam dalam berinteraksi; e.) bagaimana kualitas suara dan
sikap fisik kita saat berbicara dengan lawan bicara kita. Seseorang dapat
dikatakan pandai berinteraksi atau pandai berbicara apabila menguasai tata cara
dan etika dalam berbahasa tersebut. Dan ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam kesantunan dan kesopanan dalam berbicara dan berbahasa,
yaitu a.) kesantunan merupakan bagian dari ujaran dan bukan merupakan ujaran
itu sendiri; b.) pendapat pendengar adalah penentu apakah kesantunan dan
kesopanan itu ada pada ujaran; c.) kesantunan selalu dikaitkan dengan hak dan
kewajiban penyerta interaksi. Yang artinya ujaran akan terdengar santun atau
tidak dapat diukur dari apakah si penutur memenuhi hak dan kewajibannya pada
lawan bicaranya.
Kesantunan
dapat terganggu jika terdapat penggunaan kata-kata sarkastik. Secara
etimologis, sarkasme berasal dari bahasa Perancis yaitu sarcasmus yang berasal
dari kata sarkosmos atau sarkazo yang berarti daging yang tertusuk-tusuk atau
hati yang tertusuk-tusuk. Jadi sarkazo adalah sesuatu yang dihujamkan dan
menyebabkan rasa sakit yang mendalam. Selama perkembangannya, sarkazo mempunyai
arti yang menyindir dengan tajam atau sindiran yang tajam atau keras. Di dalam
bahasa Indonesia, kata ini dikenal sebagai istilah sarkasme. Sarkasme adalah
pengucapan yang dilakukan secara amat kasar yang dapat menyakiti hati orang
lain. Sarkasme adalah kata-kata yang biasa digunakan untuk pengucapan kata-kata
pedas atau kasar. Penggunaan kata-kata ini ada bertujuan untuk mencemooh,
mengejek, dan menyindir yang akan menyakiti hati orang lain dan akan melanggar
kesantunan dan kesopanan dalam berbahasa. Sarkasme sendiri adalah penggunaan
kata-kata yang melanggar kaidah-kaidah dalam berbasa sehingga dapat menimbulkan
efek emosi tertentu seperti contohnya terhina, sakit hati, dan marah. Sarkasme
yang penggunaan kata-katanya tidak tepat pada tempatnya dapat mengakibatkan
penggunannya terkesan kasar dan tidak santun, dengan demikian ketepatan dan
kesesuaian dan pilihan ini dapat diperhatikan dalam bahasa manapun dan apapun.
Kita dapat berbahasa apabila dapat menguasai sejumlah kata-kata. Ketepatan dan
kesesuaian pemilihan kata ini perlu diperhatikan karena penulisan dalam bentuk
apapun, baik penulisan pada media masa ataupun pada penulisan ilmiah,
orang-orang menginginkan ketepatan baik dari makna maupun dari bentuk. Dalam
memilih kata yang akan digunakan dalam berbahasa dan berbicara, ada beberapa
ketentuan yang harus diperhatikan, yaitu ketepatan dan kesesuaian . Persyaratan
menyangkut makna, aspek logika kata-kata, dan kata-kata yang dipilih harus
sesuai dengan maksud yang diinginkan. Konotasi tinggi bisa terjadi jika
kata-kata sastra dan klasik lebih indah dan anggun saat terdengar oleh telinga
masyarakat.
Kita
wajib berkata baik dan santun, karena ini merupakan salah satu ajaran inti dari
ajaran Agama Islam dan juga agama lainnya. Konsekuensi logisnya adalah manusia
yang juga sebagai makhluk yang sebagian terbentuk dari air, sudah seharusnya
diberikan informasi atau ucapan atau pikiran yang baik. Jika kita melakukan hal
ini, pikiran dan tubuh kita akan menjadi lebih sehat dan lebih baik. Di sisi
lain, jika kita menerima informasi yang buruk, maka tubuh kita akan terasa
sakit. Oleh karena itu, bahasa sebagai alat komunikasi bermakna bahwa bahasa
merupakan deretan bunyi atau suara yang bersistem, berbentuk lambing yang
bermakna dan merupakan alat untuk melakukan interaksi sosial yang menggantikan
individual dalam menyatakan sesuatu kepada lawan tutur dalam suatu kelompok.
Bahasa juga sebagai citra pikiran yang bermakna bahwa bahasa terbentuk dari
pikiran seseorang atau bentuk bahasa meniru dan mengikuti bentuk pikiran
seseorang. Bahasa sebagai citra kepribadian bermakna bahwa bahasa berkaitan
dengan etika berbahasa yang diyakini oleh penuturnya. Etika berbahasa sangat
erat dalam berkaitan dengan pemilihan kode bahasa, norma-norma sosial, dan sistem
budaya yang berlaku atau dianut dalam suatu masyarakat. Dengan menggunakan
bahasa dengan memperhatikan etika berbahasa maka pribadi seseorang akan
dikatakan baik.
pembahasannya cukup menarik, tetapi ada beberapa kata yang cukup asing dan kurang dipahami. selain itu penataan tulisan juga belum rapi, sebaiknya lebih diperhatikan penaataan tulisannya seperti pada awal paragraf harus menjorok ke kanan, selain itu mungkin diberi rata kanan kiri agar tulisannya terlihat rapi. terimakasih
BalasHapusArtikel ini cukup menarik karena pembahasannya terfokus pada bahasa dalam arti yang luas bukan hanya sebatas bahasa Indonesia serta penulis menghubungkan bahasa dengan etika, kepribadian serta cara berpikir seseorang.
BalasHapusisi artikel cukup informatif karena memberi beberapa pengetahuan kepada pembaca seperti etika-etika berbahasa. Sayangnya ada beberapa salah penulisan seperti letak titik dan penggunaan bahasa Inggris seperti contohnya kata "social" yang harusnya ditulis "sosial". Beberapa kosa kata asing juga sedikit sulit dimengerti, namun beberapa sudah dijelaskan definisnya. Menurut saya, secara keseluruhan, artikel ini sudah cukup baik.
BalasHapusinformasi yang didapat cukup tetapi ada beberapa yang typo dan yang terkena auto correct di word nya
BalasHapusbagaimana menurut anda ketika ada seseorang dengan pola pikir yang matang tetapi tidak dapat menyampaikannya dengan baik?
BalasHapusArtikel cukup cukup informatif dan menarik, penjelasan tengtang bahasa dalam artian luas membuat artikel menarik untuk dibaca. Ke depannya harap penataan tulisan lebih diperhatikan.
BalasHapus